Friday, 23 December 2011

MAKALAH TENTANG KEKERASAN HAM



 



PANCASILA

MAKALAH
TENTANG KEKERASAN
HAM







UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
“ UPI YPTK PADANG ”



Disusun Oleh:
JODI CHANDRA
SK-3
NO_bp:11 10 115 262 0144











DAFTAR ISI.........................................................................................................     2


KATA PENGANTAR...........................................................................................    3

BAB I
  1. PENDAHULUAN....................................................................................     4
1.      Latar Belakang..............................................................................      4

2.      Rumusan Masalah..........................................................................     4
3.      Tujuan Penulisan............................................................................     4

BABA II
  1. PEMBAHASAN......................................................................................      5
1.      Pengertian Hak asasi Manusia......................................................      5
2.      Pengertian Kekerasan...................................................................      5
3.      Macam-macam Kekerasan dan Faktor Penyebab........................       6
4.      Usaha Mengatasi Kekerasan........................................................       10
BAB III
  1. PENUTUP...............................................................................................       11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................       12



























KATA PENGANTAR

Aas warahmattullahi wabarakatuhu.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa maka saya dapat menyelesaikan makalah tentang KEKERASAN HAM ini sebagai pelengkap tugas Pancasila untuk menghadapi ujian semester ganjil tahun 2011/2012. Semoga makalah yang saya buat ini bisa bermanfaat dan dapat diterima oleh Bapak/ibuk atau dosen pembimbing mata kuliah ini.
            Dan atas kekurangan atau kesalahan dalam penulisan dan kosa kata yang kurang dapat di mengerti harap dapat dimaklumi. Demikian makalah ini saya buat agar dapat bermanfaat.

Padang ,November 2011




Jodi Chandra





BAB I


A.    PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
     Telah tertanam di dalam benak kebanyakan orang indonesia, bahwa Indonesia adalah negeri yang aman sentosa, penduduknya ramah-ramah,dan suka damai dan tidak suka kekerasan.
     Itu mungkin waktu jaman dulu,tetapi sekarang sering kita dengar sering terjadi kekerasan,bukan hanya dikota-kota besar tapi sampai ke daerah-daerah jauh dari kota.
      Jika itu dilakukan oleh masyarakat kecil yang tidak berpendidikan mungkin itu dapat dimaklumi.Tetapi apabila itu dilakukan oleh para pemimpin ataupun orang-orang yang terpelajar atau mahasiswa apakah itu patut dan tidak seharusnya dilakukan
Kekerasan bisa datang dari mana saja,termasuk kaarena terlalu sering melihat tayangan –tayangan di televisi yang beragam dan terkadang siaran yang ditayangkanpun mengabaikan nilai-nilai yang terkandung dalam tayangan-tayangan mereka. Sebagai media informasi dan bahkan sebagai media yang memiliki andil dalam penanaman nilai-nilai moral, televisi seharusnya dapat memberikan sesuatu yang bersifat membangun dan mendidik ke arah positif. Bukan menayangkan acara-acara yang tidak mendidik atau malah membentuk perilaku yang merusak, misalnya tayangan kekerasan, pornografi, kriminalitas ataupun tayangan-tayangan yang berbau mistis yang membuat mental penontonnya menjadi mental penakut dan dapat dipastikan bahwa tayangan-tayangan tersebut tidak menanamkan nilai-nilai luhur pada masyarakat.
Disadari atau tidak, tayangan televisi memberikan dampak terhadap pembentukan budaya di masyarakat.Sebuah penelitian mengemukakan bahwa tayangan kekerasan di televisi memiliki dua efek yang berbeda, yaitu imitasi dan dorongan. Imitasi mengarah pada upaya meniru secara langsung obyek yang diobservasi. Sedangkan investigasi adalah peningkatan suatu perilaku setelah menyaksikan tayangan televisi.
2.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah daslam makalah ini, sebagai berikut:
            1. Apakah yang dimaksud dengan ham dan kekerasan?
            2. Apa sajakah macam-macam kekerasan?
            3. Mengapa terjadi kekerasan?
            4. Bagaimanakah cara mengatasi kekerasan?

3. Tujuan Penulisan
      1. Mengetahui pengertian ham dan kekerasan.
      2. Mengetahui macam-macam kekerasan.
      3. Menegatahui penyebab terjadinya kekerasan.
      4. Menegatahui cara mengatasi kekerasan.
BAB II

B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian hak asasi manusia
Hak asasi manusia sebagai gagasa,paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir seecara tiba-tiba,namun cukup panjang dalam proses peradaban manusia.Hak asasi mnusia sebenarnya tidak dapat di pisahkan dengan pandangan filosofis tentang hakikat manusia yang melatarbelakanginya. Hak asasi manusia dalam Pasal 28 A yang berbunyi”setiap orang berhak yntuk hidup dan mempertahankan kehidupannya”.Pasal 28 B “1.setiap orang berhak membentik keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan.2.setiap anak berhak atas kel;angsungan hidup,tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Itulah beberapa penjabaran tentang hak asasi manusia daloam UU.
2.      Pengertian Kekerasan.
Kekerasan merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan - hingga batas tertentu - kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk —kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak terencanakan, dan kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang diberi hak maupun tidak —seperti yang terjadi dalam perang (yakni kekerasan antar-masyarakat) dan terorisme 

Kekerasan (violence) adalah : ancaman atau penggunaan kekuatan fisik untuk menimbulkan kerusakan pada orang lain.
Berkaitan dengan kekerasan, teori belajar sosial menjelaskan bahwa anak mempelajari perilaku baru melalui pengamatan terhadap model, mengimitasi dan mempraktikkanya ke dalam perilaku nyata.

Domestic violence atau yang lebih akrab dikenal sebagai kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang terjadi di lingkungan rumah tangga. Biasanya dilakukan oleh suami terhadap istri maupun anak-anaknya. Walaupun tak jarang pula dilakukan oleh istri. Bentuknya dapat berupa penyiksaan fisik, seksual maupun psikologis atau penyiksaan emosi. Tekanan dalam hal finansial dan isolasi sosial juga dapat digolongkan sebagai kekerasan dalam rumah tangga.






3.      Macam-masam Kekerasan dan Faktor Penyebabnya

Macam-macam kekerasan antara lain:

a. Kekerasan legislatif
b. Mutilasi
c. Kebrutalan polisi
d. Kekerasan agama
e. Kekerasan di sekolah
f. Kekerasan sektarian
g. Kekerasan oleh negara
h. Tawuran
i. Kekerasan terhadap perempuan
j. Kekerasan terhadap laki-laki
k. Kekerasan dalam olah raga

            Kekerasan yang dibahas dalam makalah ini adalah:

1) Kekerasan dan kemiskinan
2) Kekerasan di sekolah
3) Kekerasan dalam rumah tangga
4) Kekerasan dalam olah raga
5) Kekerasan terhadap anak
                       

Faktor Penyebab kekerasan, antara lain:

1)      Kemiskinan dan kekerasan
Banyak orang meyakini bahwa kemiskinan erat sekali hunungnannya dengan masalah kekerasan.Beberapa studi empiris memang telah memberikan indikasi bahwa ada benarnya kondisi sosial dan  ekonomi yang buruk dan terasa tidak adil merupakan salah satu sebab dari terjadinya konflik kekerasan. Lantas, pertumbuhan ekonomi pun dinilai penting agar masyarakat mampu mengelola konflik yang muncul.  Pada situasi dimana kesejahteraan relatif memadai dan stabil,  kekerasan mungkin lebih minimal.
Kekerasan merupakan fenomena yang kompleks, dan oleh karena itu tidak bisa dilihat dari satu permasalahan saja.Dan beberapa faktor-faktor ekonomi yang dapat ikut menjadi penyebab terjadinya  kekerasan.  Beberapa faktor ekonomi yang  diyakini erat kaitannya dengan kemiskinan adalah sebagai berikut:
a. Pertama adalah parahnya kesenjangan antara pendapatan dan kesejahteraan antara yang kaya dan miskin
b. Faktor lain adalah  tingginya tingkat  pengangguran, khususnya di kalangan muda di daerah perkotaan. Persoalan ini amat terasa ketika situasi ekonomi mengalami kemerosotan. Setiap tahun begitu banyak kaum muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Namun oleh karena terbatasnya lapangan kerja maka banyak yang menjadi pengangguran. Tentu, hal ini diperparah pula dengan seringnya nepotisme, koneksi, korupsi menjadi penentu pengalokasian pekerjaan dan makin meningkatkan kekecewaan mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya, namun tidak punya koneksi atau uang untuk memperoleh pekerjaan. Menumpuknya kekecewaan ini  bisa saja kemudian berbuah pada pilihan untuk bergabung dengan kelompok-kelompok yang ektrim dan menggunakan kekerasan sebagai cara untuk meluapkan kekecewaan mereka.
c. Faktor lain yang juga dapat memperkuat pengaruh hal-hal di atas  adalah situasi lingkungan, khususnya di perkotaan, yang kacau berikut tidak memadainya akses pelayanan-pelayanan publik yang penting sementara kota itu sendiri terus berkembang dan bertambah penduduknya. Dalam hal ini tentu pemerintahan yang tidak berfungsi baik dalam melayani publik dan penuh tindak korupsi harus ditempatkan sebagai pendorong terjadinya kekerasan oleh karena kepercayaan publik pun menjadi amat minim terhadap pemerintah dan institusi-insitusi lainnya sehingga tidak aneh sering terjadi praktik main hakim sendiri. Orang kemudian lebih nyaman untuk melakukan sendiri proses penghakiman terhadap pelaku kejahatan misalnya, ketimbang menyerahkannya kepada institusi hukum yang ada. 
Bila demikian halnya, kiranya menyesatkan jika disebutkan bahwa yang gemar melakukan kekerasan adalah mereka yang miskin dan kurang terdidik. Lagi pula, untuk melakukan kekerasan dengan dampak yang luas dan menakutkan, membutuhkan kemampuan baik itu kekuasaan maupun uang yang justru tidak dimiliki oleh mereka yang miskin dan terbelakang.
Keputusasaan pada mereka  yang miskin dan terbelakang itu bahkan  sampai  ada yang berujung pada  tindak kekerasan terhadap dirinya sendiri, bahkan sampai mati dan bukannya membabi-buta mengamuk pada orang lain.   Ada  anak kecil yang mencoba bunuh diri lantaran uang sekolahnya belum dibayar sekian bulan. Sementara kasus-kasus bunuh diri yang marak terjadi di indonesia kebanyakan di sebabkan oleh kemiskinan dan himpitan ekonomi,kebutuhan meningkat dan uang untuk memenihinya tidak ada.

2)      Kekerasan di sekolah
Kekerasan sepertinya sudah melekat pada sistem pendidikan di Indonesia. Seperti biasa, penerimaan siswa baru selalu diikuti oleh kegiatan yang dinamakan ospek (atau MOS, atau OS, atau istilah-istilah lainnya). Kekerasan di sekolah bisa terjadi, penyebabnya antara lain:
a. Kekerasan seperti ini sudah terjadi sejak dahulu,dan turun temurun. Sebelum memasuki suatu sistem yang mendukung kekerasan kemungkinan besar para peserta bukanlah orang-orang yang mendukung kekerasan itu sendiri. Tetapi ketika memasuki sistem, peserta terpengaruh dengan nilai yang ada dalam sistem itu sendiri.
b. Selain itu mungkin beberapa acara orientasi tidak direncanakan dalam bentuk kekerasan, tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan tidak seperti yang direncanakan. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh psikologi orang yang berkumpul.Teori contagion mengatakan bahwa kumpulan orang-orang secara hipnotis mempengaruhi anggota-anggotanya secara individu. Orang-orang tersebut menganggap kumpulan mereka sebagai perisai sehingga mereka meninggalkan tanggungjawab mereka sebagai individu masing-masing dan mengikuti emosi kumpulan orang secara keseluruhan. Hasilnya, kumpulan orang-orang tersebut seakan-akan mengajak anggota-anggotanya untuk menjurus kepada aksi-aksi brutal.
c. Penyebab lainnya adalah sindrom Stockholm. Sindrom Stockholm adalah keadaan psikologis dimana korban yang disekap atau disiksa menjalin hubungan positif dengan penangkap atau penyiksanya. Terkadang bahkan korban membantu penyiksanya sendiri untuk mencapai tujuan si penyiksa. Sindrom ini dapat menerangkan mengapa korban masa orientasi siswa/mahasiswa dapat berbaikan dengan senior-seniornya setelah masa penyiksaan dan bahkan melakukan hal yang sama ke junior-juniornya pada tahun berikutnya.

3)      Kekerasan dalam rumah tangga (istri atau suami)
Kekerasan dalam rumah tangga akhir-akhir ini sering terjadi. Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga itu terjadi karena banyak faktor, antara lain:
a. Faktor ideologi dan culture (budaya-Red), di mana perempuan cenderung dipersepsi sebagai orang nomor dua dan bisa diperlakukan dengan cara apa saja.
Atau, misalnya, dalam kasus kekerasan terhadap anak, selalu muncul pemahaman bahwa anak dianggap lebih rendah, tidak pernah dianggap sebagai mitra sehingga dalam kondisi apa pun anak harus menuruti apa pun kehendak orangtua.
Ideologi dan kultur itu juga muncul karena transformasi pengetahuan yang diperoleh dari masa lalu. Zaman dulu, anak diwajibkan tunduk pada orangtua, tidak boleh mendebat barang sepatah kata pun.
Kemudian, ketika ada informasi baru, misalnya dari televisi atau dari kampus, tentang pola budaya yang lain, misalnya yang menegaskan bahwa setiap orang punya hak yang sama, masyarakat kita sulit menerima.
Jadi, persoalan kultur semacam itu ada di benak manusia dan direfleksikan dalam bentuk perilaku. Akibatnya, bisa kita lihat. Istri sedikit saja mendebat suami, mendapat aniaya. Anak berani tidak menurut, kena pukul.Gerakan feminisme sulit untuk dapat mengubah tatanan nilai yang sudah ada di masyarakat kita. Karena budaya lama itu sudah mendarah daging atau internalized di dalam diri mereka. Mungkin yang bisa mengubah hanya dengan pendidikan yang betul-betul menanamkan pengertian bahwa perempuan dan laki-laki sama derajatnya.
Di dalam rumah tangga, yang membedakan antara perempuan dan laki-laki adalah persoalan fungsi. Dan fungsi masing-masing itu bisa ditukar, kecuali fungsi kodrati, seperti hamil dan menyusui. Tetapi, untuk fungsi mengasuh anak, misalnya, bisa dipertukarkan sehingga istri seharusnya bisa mendebat sesuatu kalau, misalnya, suami bersikap tidak proporsional.
b. Faktor ekonomi, kalau ada masalah ekonomi dan tidak ada kesepakatan, lantas tidak ada komunikasi yang dapat melahirkan jalan keluar, bisa saja terjadi kekerasan di dalam rumah tangga.
Kuncinya memang pada komunikasi. Kalau tidak ada komunikasi, lahir stereotyping dan prejudice yang besar di antara kedua pihak, lebih besar daripada keyakinan untuk menyelesaikan masalah itu sendiri.
                                                                                            

4)      Kekerasan dalam olah raga
Kekerasan dalam olah raga dapat terjadi, misalnya antar penonton, penonton dengan pemain, pemain dengan wasit, penonton dengan wasit, penonton dengan aparat, dsb, faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam olah raga, antara lain disebabkan oleh:
a.       Kecurangan pemain
b.      Kecurangan wasit
c.       Ketidakpuasan penonton menyaksikan kekalahan team yang didukungnya
d.      Tidak menjunbjung tinggi sportivitas dalam olah raga (siap menang atau kalah dalam setiap pertandingan).
           
            5). Kekerasan terhadap anak
                        a). Komisi Nasional Perlindungan Anak menilai faktor ekonomi       sebagai pemicu utama maraknya kekerasan terhadap anak. Kemiskinan            menyumbang   stres terhadap orang tua yang kemudian melampiaskan ke        anak. Faktor kemiskinan, tekanan hidup yang semakin meningkat, kemarahan         terhadap pasangan dan ketidakberdayaan dalam mengatasi masalah ekonomi           menyebabkan orang tua mudah meluapkan emosi kepada anak.
                        b) Kebijakan pembiaran yang dilakukan negara terhadap pelanggaran          hak anak. Kejadian seperti busung lapar, polio, demam berdarah, anak    terlantar, anak putus sekolah sampai pada kenaikan BBM merupakan             sebagian daftar panjang kebijakan negara yang semakin mempersulit           kehidupan masyarakat menengah bawah.

















4.      Usaha Mengatasi Kekerasan

                        a. Kekerasan dan kemiskinan, munculnya kekerasan akibat   kemiskinan dapat diatasi dengan pemberian kesejahteraan hidup yang lebih     baik dan pemberdayaan masyarakat agar  tidak menggantungkan diri terhadap          orang   lain, jaminan kesejahteraan sosial, asuransi kesehatan, biaya pendidikan yang murah, harga kebutuhan pokok yang terjangkau, dsb.

                        b. Kekerasan di sekolah, antara lain diatasi dengan  cara pihak         pengajar yang bertanggung jawab atas keberadaan siswa/mahasiswa di sekolah/kampus tentunya bertanggung jawab untuk menghentikan kegiatan-            kegiatan yang tidak bertanggung jawab tersebut. Pihak orang tua    siswa/mahasiswa juga bertanggung jawab untuk melarang anak-anaknya            mengikuti acara-acara yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Tetapi yang             terpenting adalah sikap dari anak didik itu sendiri yang harus dapat menolak          kegiatan-kegiatan semacam itu, mereka bukanlah pihak yang sepenuhnya         tidak berdaya. Sekali mengikuti acara kekerasan semacam itu, psikologi dan     idealisme mereka akan berubah arah.

                        c. Kekerasan dalam rumah tangga dapat diatasi dengan adanya saling         pengertian diantara pasangan suami istri, saling percaya, keterbukaan, saling       membantu, saling memafkan, saling menghargai, saling mencintai, kesetaraan gender, pembagian tugas yang jelas antara suami dan istri, terpenuhinya      kebutuhan hidup, dll.

                        d. Kekerasan dalam olah raga dapat diatasi dengan adanya kesadaran         pihak terkait (pemain, penonton dan wasit) agar mampu menjaga sportivitas           dalam olah raga, siap kalah dan siap menang.

                        e. Kekerasan terhadap anak
            Komisi Nasional Perlindungan Anak mendesak pemerintah untuk    benar-  benar melaksanakan kewajibannya dalam menghentikan kekerasan,         penelantaran, diskriminasi dan eksploitasi terhadap anak. Komnas juga             mendesak pemerintah untuk memberi bantuan khusus untuk anak-anak       korban kekerasan.













BAB III

C.    PENUTUP
           
Kesimpulan

                  Kekerasan pada umumnya muncul akibat adanya, ketidakpuasan terhadap pemegang  kebijakan, sportivitas, kesenjangan ekonomi dan sosial, psikologi massa, tayangan media massa, ketidaksetaraan gender, kultur/budaya, politik dan agama.
                  Kekerasan dapat dihindari apabila terjadi rasa saling cinta kasih terhadap sesama manusia, cinta damai dan menghargai orang lain sebagai makhluk Tuhanh Yang Maha Esa.

































0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com